Rabu

KEPEMIMPINAN PELAYAN


KEPEMIMPINAN PELAYAN
Definisi kepemimpinan pelayanan
Kata pelayan dan pemimpin sering dianggap sesuatu yang berlawanan, bila digabung, maka lahir konsep kepemimpinan pelayan memberi kerangka kerja yang memampukan banyak individu untuk dapat memberi bantuan dalam memperbaiki cara memperlakukan pihak lain yang bekerja diberbagai organisasi. Kepemimpinan pelayan memberi harapan dan bimbingan demi terciptanya pengembangan manusia di era baru ini. hubungan antara pencapaian makna hidup dengan kepemimpinan pelayan adalah pada perilaku pemimpin pada pengikut atau pada organisasi  
Ada beberapa pengertian kepemimpinan pelayan, menurut beberapa tokoh administrasi Negara, anata lain :
Menurut Robert Greenleaf, 1970: kepemimpinan pelayan merupakan model kepemimpinan yang memperioritaskan pelayanan kepada pihak lain, baik kepada pegawai (anggota) organisasi, pelangan, maupun masyarakat. Kepemimpinan pelayan ditandai dengan meningkatnya keinginan melayani pihak lain dengan melakukan pendekatan menyeluruh pada pekerjaan, komunitas, dan proses pengambilan keputusan yang melibatkan semua pihak. Esesiensi dari model ini adalah melayani orang lain, yaitu pelayanan kepada pegawai, pelanggan, dan masyarakat sebagai perioritas utama. (Sedarmayanti. 2009. Hal, 202).
Sedangkan didalam buku Servant Ledership, kepemimpinan pelayan berawal dari perasaan yang tulus yang timbul dari hati, berkehedak melayani, yaitu menjadi pihak pertama yang melayani. Pilihan bersal dari suara hati, kemudian menghadirkan hasrat ingin menjadi pemimpinperbedaan pelayanan yang diberikan adalah memastikan kebutuhan pihak lain dapat dipenuhi, yaitu menjadikan mereka sebagai orang yang labih dewasa, sehat, bebas, dan otonom, akhirnya menjadi pemimpin berikutnya.
Menurut Hector Ruiz, tugas pemimpin adalah melayani, pemimpin terbaik adalah pelayan terbaik, kepemimpinan merupakan pendekatan baru. Kepemimpinan pelayan adalah model kepemimpinan yang mencoba secara simultan meningkatkan pertumbuhan personal pegawai dan memperbaiki kualitas pelayanan organisasi melalui kombinasi kerja sama tim dan pengembangan komunitas, keterlibatan personal dalam proses pembuatan keputusan, serta perilaku peduli dan etis. (Sedarmayanti. 2009. Hal, 202).
Menurut Spears, 1995, karakteristik yang membedakan kepemimpinan pelayan dengan kepemimpinan yang lain adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk memipin. (Sedarmayanti. 2009.203).
Konsep kepemimpinan pelayan adalah konsep yang mengubah pendekatan kepemimpinan secara revolusioner dan pribadi, konsep ini bukan perbaikan serba cepat atas dasar persoalan yang dihadapi pemimpin. Kepemimpinan pelayan mengguanakan pendekatan mendasar dan bersifat jangka panjang. Tujuan utama kepemimpinan pelayan  adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pihak lain, yang secara optimal seharusnya menjadi motivasi utama kepemimpinan. (Sedarmayanti. 2009. Hal 203).
Model Perilaku dan Fokus Utama Pemimpin Pelayan
Pengembangan pegawai
Tindakan pemimpin secara aktif dan terus-menerus mengembangkan pegawai/ anggota organisasi akan menciptakan kepuasan kerja dan meningkatkatnya kemitmen organisasi, selain membuat visi bersama dan deskripsi pekerjaan berbasis pekerjaannya secara signifikan
Penciptaan Nilai Tambah bagi Pelanggan
Pegawai yang tingkat kepuasan dan komitmennya tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi serta memiliki performansi kerja baik, otomatis terus berusaha melayani pelanggan dengan segenap hati.
Terciptanya Kepuasan Pelanggan
Nilai tambah yang diberikan organisasi melalui pegawai kepada pelanggan membuat pelanggan puas akan produk/ jasa yang mereka beli. Kepuasan yang dihasilkan dan tercipta dalam berbagai kesempatan akan membuat pegawai loyal dank omit pada organisasi.
Keberhasilan Organisasi Berkesinambungan
Proses keberhasilan untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan organisasi akan terjadi terus-menerus, dan diperkuat, sehingga mengakibatkan keberhasilan abadi. (Sedarmayanti. 2009. Hal. 204).
Karakteristik Pemimpin Pelayan
Menurut Larry Spears, 1995, antara lain :
Mendengarkan 
Empati
Menyembuhkan
Kesadaran diri
Persuasif
Konseptualisasi
Kemampuan melihat masa depan (memiliki visi)
Kemapuan melayani
Kemitmen pada pertumbuhan individu
Membangun komunitas (Sedarmayanti. 2009. Hal. 206-207).
Menurut Jim Laub, 1999, antara lain :
Menghargai orang lain
Mengembangkan orang lain
Mengambangkan komunitas
Memperlihatkan autensitas
Memberikan kepemimpinan
Berbagi kepemimpinan (Sedarmayanti. 2009. Hal. 207-208).


Model dan Karakteristik Pemimpin Pelayan Menurut Kathlen Patterson, 2003
Cinta kasih
Pemimpin melakukan sesuatu yang baik dengan alasan benar pada saat tepat
Rendah ahti
Kemampuan menjaga keseimbangan anatara kemapuana yang dimiliki dan kesadaran bahwa apa yang telah dicapai pemimpin dapat terjadi karena kemampuan dan sumbangsih pengikut, bukan karena diri sendiri
Altruisme
Tindakan membantu orang lain secara tulus
Memiliki visi
Pemimpin membangun visi organisasi melalui visi pengikut secara agregasi
Rasa percaya
Pengikut percaya bahwa bekerja di organisasi dengan pemimpin pelayan akan mengarah pada tercapainya visi pengikut.
Memberdayakan pihak lain
Mempercayakan kekuasaan kepada pihak lain, kemudian menyatakannya. Membuat setiap pengikut merasa berarti, penting dalam organisasi dan pekerjaannya, menekankan pada kerja sama tim, menghargai kasih dan persamaan
Melayani
Pelayanan harus menjadi fungsi utama kepemimpinan, bukan berdasar kepentingan diri tetapi lebih pada kepentingan orang lain. (Sedarmayanti. 2009. Hal. 208-209).


Ukuran Keberhasilan Pemimpin Pelayan dan Proses Pembentukan Pemimpin Pelayan
Ukuran keberhasilan pemimpin pelayan
dalam budaya timur pemimpin dinilai berhasil bila mencapai tingkat kearifan dan wibawa tinggi ditengan masyarakat. Dalam budaya barat, pemimpin dinilai berhasil berdasarkan prestasi dan sumbangsihnya kepada masyarakat. Secara umum wibawa yang dimiliki pemimpin atau prestasinya tidak akan berumur lama bila tidak secara sengaja menyiapkan pemimpin baru. Pemimpin yang matang menyadari bahwa pola/ gaya dan paradigmanya baik untuk masa di mana ia melayani. Di masa mendatang, corak lingkungan kerja, dinamika organisasi dari komunitasnya akan berbeda sehingga diperlukan pendekatan, pola,dan praktik kepemimpinan. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memiliki kesadaran hidup komunitas yang dipimpinnya, pemimpin sejati lebih mengutamakan kesejahteraan orang lain dari pada kenikmatan dan martabatnya sendiri. (Sedarmayanti. 2009. Hal. 210).


Proses pembentukan pemimpin pelayan
Pemimpin dapat dibentuk/ diciptakan melalui berbagai pelatihan dan pengalaman dalam waktu tertentu. Pemimpin bukan seorang yang dilahirkan untuk itu, tetapi diperlukan kerja keras dan lingkungan yang tepat untuk dapat belajar, tumbuh menjadi pemimpin yang efektif. (Sedarmayanti. 2009. Hal. 210).


Faktor Utama Pemimpin Dipercaya Menjadi Pemimpin Pelayan menurut Robby Chnadra
Telah menampilkan pengabdian
Memiliki keunggulan
Handal dalam menggali makna hidup/ makna keberadaan komunitas/ organisasi, (Sedarmayanti. 2009. Hal. 213).


Hambatan dalam Praktik Kepemimpinan Pelayan dalam Organisasi menurut Barry Foster, 2000
Rasa tidak percaya dan ekspektasi yang tidak realistis 
Konflik terhdap kepepemimpinan yang ada sebelumnya 
Tidak ada atau lemahnya kerja tim 
Konflik terhdap keinginan untuk  melayani diri sendiri dan sistem penghargaan yang ada 
Proses komunikasi dan kolaborasi yang tidak efektif 
Proses pembelajaran n pengembangan tidak berjalan baik, (Sedarmayanti. 2009. Hal. 213).


Praktik Kepemimpinan Pelayan Terkait Strategi Usaha dan Kebijakan
Alokasi keuntungan bersih
Porsi lebih besar diberikan untuk pengembangan anggota organisasi (kesejahteraan/ bonus, pelatihan, tunjangan, kesehatan, dan lain-lain.
Pelatihan diberikan untuk pengembangan anggota, seperti : peningkatan keterampilan, profesionalisme, emosional dan spiritual
Sisa keuntungan untuk pengembangan organisasi dan pemegang saham, sosial kemasyarakatan, besar nilai yang diberikan pihak tergantung situasi dan rencana strategic organisasi


Manajemen kinerja
Sepanjang periode (tahun) berusaha mengembangkan pengikut, bukan hanya pada evaluasi di akhir periode. Akhir periode untuk evaluasi menyeluruh dan pengembangan lebih lanjut
Kompensasi
Memegang asas “tumbuh bersama”. Besarnya perkembangan oragnisasi. Pendirian organisasi masih rendah, dengan pertumbuhan organisasi akan semakin besar, sifatnya bisa tidak linier. Berbagai bonus, tunjangan, dan alokasisaham organisasi ditawarkan dan diberikan pada anggota secara murah hati
Rekruitmen
Lebih mencari karakteristik yang melekat, seperti : etos kerja dan standar etika tinggi, memiliki integritas dan mau melayani orang lain. Hal ini sulit dirubah dan dipelajari. Pengalaman dan pengetahuan menjadi perioritas kedua, karena dapat dan diberikan organisasi dalam berbagai bentuk pelatihan, bimbingan, dan promosi
Jenjang karier/ promosi
Mengembangkan kebijakan untuk terus menumbuhkembangkan anggota organisasi, setiap posisi lowong diusahakan diisi dahulu oleh anggota internal. Promosi ditekankan pada promosi internal. Berusaha “mengarahkan” anggota agar mencapai tahapan manusia dewasa seutuhnya
Orang luar akan dilibatkan hanya jika anggota organisasi tidak memiliki kemampuan/ talenta yang diperlukan mengisi posisi, (Sedarmayanti. 2009. Hal. 216-217).
 
Contoh Kepemimpinan Pelayan “Kesuksesan Kabupaten Jembrana”
Anda keliru bila menganggap Kabupaten Jembrana memiliki banyak modal sehingga mampu memberlakukan KTP semacam smart card dan berencana menyelenggarakan pemilu berteknologi touch screen. Sebab, sebelumnya, Jembrana memiliki dana yang sangat terbatas dan tergolong kabupaten miskin di Bali. Meski demikian, hal tersebut justru memicu pemerintah setempat untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.
Adalah Bupati Jembrana, I Gede Winasa, yang menjadi tokoh di balik besarnya nama Kabupaten Jembrana saat ini. Bekal pengalaman menimba ilmu di Universitas Hiroshima dan Universitas Tokushim (Jepang) mampu ia manfaatkan bagi Kabupaten Jembrana, terlebih sejak ia didapuk menjadi bupati pada tahun 2000. Salah-satu hal yang bisa ia tiru dari Negeri Sakura adalah implementasi teknologi informasi bagi semua sektor.


 Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Winasa pun bisa dibilang sangat “pro rakyat”. Ia melibatkan sumber daya manusia yang seluruhnya berasal dari Jembrana untuk bersama-sama mewujudkan ide pembangunan teknologi digital. Ia menerapkan apa yang dinamakan manajemen "DOA", yaitu manajemen atas Dana, Orang, dan Aset. Dan yang menjadi pilar-pilar kokohnya adalah ketegasan dan ketelitian.
Bahkan, saat baru saja menjabat sebagai bupati, Winasa membentuk dewan antikorupsi sendiri. Para pejabat yang ketahuan gemar menyedot uang negara segara diperiksa, ditindak, diadili, dan dipecat. Bahkan guru-guru yang mencari uang tambahan dari murid pun bisa dipastikan terkena tindakan. Semua itu dilakukannya dengan berbekal filosofi bahwa "yang sakit diobati, yang rusak dicabut". Tak mengherankan bila banyak terdapat baliho bertulisan ”Anda Memasuki Kawasan Bebas Pungli” yang terpasang di tiap pintu gerbang masuk halaman Pemkab Jembrana.
Pembangunan teknologi digital di Kabupaten Jembrana memang telah menghabiskan biaya yang sangat besar. Dan ini barangkali menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita, bagaimana mungkin Kabupaten Jembrana yang angka APBD-nya relatif kecil bisa membangun infrastruktur jaringan yang begitu besar, sementara banyak daerah lain yang angka APBD jauh lebih besar belum bisa membangun e-government dengan baik. Semua itu karena manajemen keuangan di Kabupaten Jembrana untuk pembangunan ICT dikelola secara baik dengan menggunakan strategi pembiayaan gotong royong.
Berkat penerapan teknologi digital secara optimal, pada tahun 2006 lalu, Kabupaten Jembrana berhasil meraih piala Citra Bhakti Abdi Negara, Piala Citra Pelayanan Prima, dan Piagam Penghargaan Citra Pelopor Inovasi Pelayanan Prima. Selain itu, juga berkat keseriusan menerapkan teknologi, Pemkab Jembrana menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang mampu mengolah air laut menjadi air minum tawar beroksigen.
Atas semua keberhasilan itu, hingga kini Winasa kerap dikunjungi para tamu dari berbagai instansi pemerintahan lainnya di seluruh Indonesia. Bahkan selama 2008, ia harus menerima tak kurang dari 500 tamu yang datang dari berbagai tingkatan, misalnya menteri, gubernur, kolega sesama bupati atau wali kota, dan kepala-kepala dinas yang ingin melakukan sudi banding.
Pengalaman Kabupaten Jembrana menunjukkan bahwa political will, terutama dari pemimpin daerah, adalah faktor penentu keberhasilan sebuah program kerja. Sepanjang sang pemimpin memiliki keberpihakan kepada rakyat dan memiliki pemikiran yang terbuka terhadap perkembangan teknologi, segala kelemahan atau keterbatasan pasti bisa diatasi. (Sumber : Harian Kompas, Frans Sarong, 07 Mei 2010).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar